Do’a Bersin ”Berbuah” Pernikahan

Kewajiban Muslim pada Muslim lainnya ada enam, diantaranya kalau ada yang bersin, ia mendo’akan. Berawal dari kesadaran ini, seorang saudara saya -ibu dari beberapa orang putra-putri ”menemukan” jodoh buat putrinya.

Kisahnya, beberapa tahun yang lalu, bersama seorang putrinya ia mengadakan perjalanan naik kereta api ke jakarta. Mereka harus menginap semalaman di kereta sebelum sampai di setasiun Gambir, jakarta. Di depan kursi mereka, duduk seorang ibu setengah baya, sendirian. Sejak awal perjalanan mereka tidak bertegur sapa. Hal ini berlanjut terus sampai malam hari. Sementara hawa malam yang dingin mulai terasa, dan para penumpang mulai mengantuk, malah ada yang sudah tertidur. Saudara saya dan putrinya pun sudah terkantuk-kantuk.

Tiba-tiba, terdengar suara keras, ”Haaatschi!” Disusul ucapan, ”Alhamdulillah” Ternyata ibu yang duduk didepan mereka bersin, dan membaca hamdalah. Saudara saya dan putrinya langsung hilang kantuknya saking kagetnya. Mereka menjawab, ”yarhamukillah..”

Mereka jadi saling tersenyum. Lantas mulailah tegur sapa yang hangat. Seterusnya, ada saja bahan pembicaraan, sampai-sampai lebih banyak mengobrol dari pada tidur. Tak lupa mereka bertukar alamat. Hingga tidak terasa waktu subuh tiba. Mereka pun shalat subuh di kereta api.

Tak lama kemudian, mereka tiba di stasiun Gambir.Saat itu muncul rasa berat untuk berpisah. Ibu itu sempet berpesan, ”jangan lupa yah, bersilaturrahmi.” Setelah itu, mereka beberapa kali bersilaturrahim, dan terjalinlah tali persahabatan.

Hingga munculah keinginan untuk berbesanan. Saudara saya ingin menikahkan anak perempuan yang ikut dengannya di kereta dengan anak lelaki ibu itu. Subhanallah, ternyata setelah kedua anak mereka bertemu, yang ada memang kecocokan. Keduanya dengan senang hati ingin menikah. Alhasil, jadilah kedua ibu itu berbesanan.

Peristiwa itu nampaknya sangatlah pas buat menunjukan, amal baik akan membawa kebaikan pula. Setidaknya buat saya, yang mendengarkan kisah itu sambil tersenyum-senyum, seperti nonton drama yang sangat hikmah, tapi kali ini drama itu ada di kehidupan nyata.

Jum’ati, Pekalongan.

Polisi langka

Tiga tahun yang lalu, saat masih kuliah di universitas swasta di jakarta, saya ”bertemu” peristiwa lucu dan berkesan. Saat itu saya bergabung di suatu organisasi, sebagai tingkat komisariat. Sewaktu akan diadakan milad, bersama beberapa teman saya ditunjuk jadi penanggung jawab bazar buku,. Padahal hari yang disepakati kami pun mengajukan proposal kerjasama ke beberapa penerbit.

Ada beberapa penerbit yang akan kita datangi. Saya kebagian jatah mendatangi penerbit di daerah kalibata, jakarta selatan. Mengendarai sepeda motor, saya pun meluncur ke kalibata. sesampainya di perempatan pancoran, kebetulan lampu lalu lintas berwarna kuning. Dengan anggapan dapat melewatinya sebelum lampu merah menyala, saya segera melaju. Tapi perkiraan saya meleset. Lampu merah keburu menyala, dan saya terlanjur bablas.

Tak pelak lagi, seorang Polisi yang tiba-tiba muncul langsung mengejar saya. Sekitar 200 meter dari lokasi, saya putuskan berhenti. Saya sadar bahwa saya yang salah. Pak Polisi turun dari motor, langsung menanyakan sura-surat. Semuanya lengkap. Lantas ia bertanya, ”kamu menerobos lampu merah?”

Saya memilih bersikap jujur saja, seperti yang selama ini saya coba lakukan. saya jawab tanpa basa-basi, ”Ya Pak, saya menerobos dengan alasan tanggung Pak!” Tanpa diduga, mendengar jawaban saya yang apa adanya, Polisi itu tidak menilang, apalagi mengajak ”damai”. Ia cuma meminta saya merapikan karet pinggiran helmnya yang terlepas,. Spontan saya berkata,”Pak helmnya dilepas dulu, biar gampang betulinnya.”Tapi ia menjawab,” Tidak usah.”

Ya sudah, sayacoba rapikan hingga ke posisi semula, tanpa helmnya dibuka. Sehabis itu tanpa hal lain, Polisi itu mempersilahkan saya melanjutkan perjalanan. Sebagai tanda gembira dengan sikapnya, saya ucapkan terima kasih disertai jabat tangan. Dengan tersenyum saya tinggalkan Polisi itu dan melanjutkan perjalanan.

Itulah sepenggal cerita, buah kejujuran yang pernah saya alami. Buat apa berkata dusta kalau kita bisa berkata jujur.Salut dan angkat topi buat Pak Polisiyang, sayangnya, tidak saya ingat lagi namanya. Tampaknya ia layak di juluki,”Polisi” LANGKA…Dan semoga lebih banyak lagi polisi langka tersebut. dan jadinya Polisi banyak dech….!!!

Iwansan Bekasi

By suprie Dikirimkan di cerpen